Libra168 Di sebuah lembah yang tersembunyi dari matahari, terdapat sebuah desa kecil yang terkurung oleh gunung-gunung tinggi. Desa itu selalu diselimuti kabut tebal, dan malam di sana terasa lebih panjang dari siang.
Orang-orang di desa itu hidup dalam ketakutan, sebab mereka percaya ada makhluk kegelapan yang mengintai di balik kabut.Namun, di tengah kelamnya lembah itu, ada sebuah lentera kecil yang selalu menyala di malam hari. Lentera itu menggantung di depan rumah tua milik seorang perempuan bernama Nara. Lentera itu terlihat biasa saja—terbuat dari logam usang dengan kaca yang retak. Tetapi, cahaya yang dipancarkannya berbeda: hangat, lembut, dan menenangkan.
Legenda Lentera
Orang-orang percaya bahwa lentera itu memiliki kekuatan ajaib. Konon, lentera itu dibuat oleh kakek buyut Nara, seorang penjaga cahaya yang dikatakan mampu mengusir kegelapan. Lentera itu adalah satu-satunya benda yang menjaga desa dari makhluk kegelapan yang kelaparan akan jiwa manusia.
Namun, Nara tidak percaya pada legenda itu. Bagi dia, lentera itu hanyalah kenangan terakhir dari keluarganya yang telah tiada. Ia merawat lentera itu setiap malam, mengisi minyaknya dan memastikan nyalanya tetap terang, bukan karena ia takut pada makhluk gelap, tetapi karena lentera itu mengingatkannya bahwa ia tidak sendirian.
Kehilangan Cahaya
Libra168 Pada suatu malam, angin kencang bertiup dari celah-celah gunung. Lentera kecil di depan rumah Nara berayun-ayun, dan tiba-tiba, cahayanya padam.
Desa yang gelap menjadi lebih mencekam dari biasanya. Orang-orang bergegas mengunci pintu dan menutup jendela. Mereka percaya bahwa dengan padamnya lentera itu, perlindungan desa pun lenyap.
Namun, bagi Nara, lentera yang padam adalah sebuah panggilan. Ia tahu, sesuatu yang besar sedang terjadi. Dengan cepat, ia mengenakan jubah tebalnya, membawa lentera yang padam itu, dan berjalan menuju hutan yang mengelilingi desa.
Perjalanan ke Lembah Terdalam
Di tengah kabut yang tebal, Nara berjalan tanpa rasa takut. Ia tahu setiap inci hutan itu, tetapi malam itu, hutan terasa asing. Pepohonan tampak lebih tinggi, bayangan gelap bergerak di ujung penglihatannya, dan suara gemerisik terdengar di sekelilingnya.
"Kenapa kau pergi ke hutan?" sebuah suara tiba-tiba terdengar dari kegelapan.
Nara berbalik, tetapi tidak ada siapa pun. Ia hanya menggenggam lentera kecilnya lebih erat.
"Aku harus menyalakan cahayaku kembali," jawab Nara, meskipun ia tahu tidak ada yang mendengarnya.
Penjaga Lembah Gelap
Saat ia mencapai bagian terdalam hutan, ia menemukan sebuah gua besar dengan pintu masuk yang dihiasi ukiran-ukiran aneh. Di dalam gua itu, ia melihat cahaya yang berkilauan seperti api. Namun, cahayanya tidak hangat, melainkan dingin dan penuh ancaman.
Dari balik cahaya itu, muncul makhluk yang menyerupai bayangan dengan mata merah menyala. Penjaga Lembah Gelap, demikian orang-orang desa menyebutnya. Makhluk itu adalah alasan mengapa lentera harus terus menyala—untuk menjauhkan penjaga dari desa.
Nara berdiri teguh, meskipun hatinya berdegup kencang.
"Kenapa kau datang ke tempatku, manusia kecil?" tanya makhluk itu dengan suara yang bergema.
"Lentera ini padam, dan aku harus menyalakannya kembali," jawab Nara sambil mengangkat lentera kecilnya.
Makhluk itu tertawa, suaranya menggema seperti batu yang retak. "Cahaya itu bukan milikmu. Cahaya itu milikku. Aku telah menunggu ratusan tahun untuk mengambilnya kembali."
Menghadapi Kegelapan
Nara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh makhluk itu. Namun, ia tahu satu hal: jika ia tidak menyalakan lentera itu, desanya akan tenggelam dalam kegelapan selamanya.
Ia memejamkan mata dan mengingat kata-kata kakeknya: "Cahaya itu bukan berasal dari lentera, melainkan dari hatimu. Jika kau percaya, kau akan menemukan nyalanya kembali."
Dengan keyakinan, Nara membuka matanya dan berkata kepada makhluk itu, "Cahaya ini bukan milikmu. Ini adalah milikku dan milik mereka yang percaya pada harapan."
Makhluk itu melolong marah dan menyerang Nara, tetapi sebelum ia sempat menyentuhnya, lentera di tangan Nara menyala kembali, lebih terang dari sebelumnya. Cahaya itu menyelimuti gua, membakar bayangan dan memaksa makhluk itu mundur ke dalam kegelapan abadi.
Kembali ke Desa
Libra168 Nara kembali ke desa dengan lentera kecilnya yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. Orang-orang menyambutnya dengan kelegaan dan rasa kagum.
Sejak malam itu, mereka tidak lagi hidup dalam ketakutan. Lentera kecil itu terus menyala, tetapi kini mereka tahu bahwa cahayanya bukan hanya berasal dari minyak atau api, melainkan dari keberanian seorang gadis yang percaya pada harapan.
Di lembah yang gelap, lentera kecil itu menjadi simbol terang yang tidak pernah padam. Dan Nara menjadi penjaga baru cahaya yang melindungi desa dari kegelapan.